Trend
"Mental Aritmatika"
Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum.
Nama & E-mail (Penulis): Mahdi Bachtiar
Tanggal: 1 Juli 2002
Judul Artikel: Trend "Mental Aritmatika"
Pembelajaran Mental Aritmatika di Indonesia sekarang telah menjadi sesuatu
yang trendi. Orang tua merasa ketinggalan bila anaknya tidak ikut Mental
Aritmatika. Di Bogor sendiri tempat-tempat untuk belajar Mental Aritmatika
secara privat sangat banyak selang setahun ini, belum lagi yang langsung
bekerja sama dengan sekolah-sekolah.
Mental Aritmatika selama ini sering
diidentikkan dengan Sempoa, padahal sebenarnya sangat berbeda. Untuk itu
saya ingin mencoba memaparkan apa itu Mental Aritmatika.
Mental Aritmatika berasal dari kata Mental yang berarti pikiran dan
Aritmatika yang berarti berhitung. Jadi secara harfiah Mental Aritmatika
adalah Berhitung dengan menggunakan Pikiran/tanpa alat bantu. Adapun sempoa
adalah alat bantu sementara, sehingga suatu saat sempoa itu tidak
digunakan lagi.
Ada setidaknya 5 hal penting yang akan didapat dari belajar Mental
Aritmatika, yaitu:
-
Keseimbangan otak kiri dan otak kanan
Selama ini, kita (dalam hal ini anak) dalam berhitung hanya menggunakan
otak kiri saja, dengan belajar mental aritmatika anak dirangsang untuk
menggunakan otak kanan. kenapa? Karena menghitung dalam Mental
Aritmatika, seorang anak membayangkan manik-manik berjalan. Dan otak
kananlah yang berfungsi untuk menghayal/membayangkan.
-
Meningkatkan Kreativitas Anak
Salah satu pemicu kreativitas anak adalah sering digunakannya otak
kanan. Dalam menghitung menggunakan mental, seorang anak harus mampu
membayangkan sempoa seperti bagaimana, terus harus mampu menggerakkan
manik-manik dalam bayangannya, dan harus mampu membayangkan angka berapa
yang muncul di akhir bayangannya. Sebuah cara yang menarik sekaligus
menantang. Dengan sering berlatih mental, anak menjadi terbiasa
menggunakan otak kanannya. Semakin terbiasa menggunakan daya khayalnya,
kreativitas anak semakin berkembang.
-
Meningkatkan konsentrasi
Belajar Mental Aritmatika sangat membutuhkan konsentrasi yang baik,
karena tanpa konsentrasi yang baik tidak akan didapat hasil yang benar.
Jadi, seorang anak akan selalu berkonsentrasi dan tidak ingin
konsentarsinya buyar. Semakin sering digunakan, konsentrasi anak akan
semakin meningkat.
-
Menambah Kepercayaan Diri
Sangat jelas, seorang anak kecil seusia 8 tahun bisa menjumlah puluhan
bahkan ratusan dengan cepat, sehingga kalau di beri soal oleh kita akan
meminta lagi. Siapa takut.... mungkin katanya.
-
Mengembangkan diri
Dalam jangka panjang, mental Aritmatika akan membentuk karakter manusia
yang inovatif, suka tantangan, berkreasi, serta tidak mudah putus asa.
Mungkin ini yang bisa saya sampaikan. Saran dan kritik sangat saya
harapkan.
Kembali
ke atas
Lima Menit Menyelesaikan 80 Soal
HARIAN UMUM SUARA MERDEKA
Kamis, 28 Juni 2001 Semarang & Sekitarnya
Dari Kompetisi Sempoa
Lima Menit Menyelesaikan 80 Soal
SEMARANG-
Pelajaran matematika bagi sebagian pelajar dirasa sebagai momok.
Namun dengan adanya Sistem Edukasi Mengoptimalkan Potensi Otak Anak
(Sempoa) ternyata banyak anak usia TK dan SD yang mampu mengerjakan 80
soal dalam waktu lima menit.
Hal ini membuktikan pelajaran matematika jika metodenya tepat akan menjadi
pelajaran yang mengasyikkan dan bukan menjadi momok lagi.
Kelvin, seorang penasihat teknis Sempoa dari Malaysia yang menyaksikan tes
sempoa internasional tingkat Jateng yang diadakan Sempoa Indonesia Pratama
(SIP), menyatakan kagum terhadap pelajar TK dan SD di Semarang yang
kemampuannya dalam mengerjakan sempoa tidak kalah dari pelajar di luar
negeri.
Tak Kalah
''Hebat anak-anak Semarang, bahkan tak kalah dari pelajar di luar negeri.
Saya banyak ke luar negeri, tapi saya kagum terhadap anak-anak di sini.
Ternyata mereka lebih hebat,'' paparnya kepada Suara Merdeka usai
menyaksikan International Grading Test (IGT) di Matahari Simpanglima,
belum lama ini. (E1-45k)
Kembali
ke atas
Sempoa Picu Kemampuan Anak
Kota2 Sempoa Picu Kemampuan Anak
BANJARMASIN -
Upaya memacu kemampuan anak dalam berhitung dan pelajaran lainnya,
Universal Mental Aritmatika mengadakan demo dan sekaligus penyerahan piala
kepada anak yang berhasil menjadi juara, di jalan Batu Benawa, Minggu (23/01),
Pengajar Universal Mental Aritmatika Clara mengemukakan, kegiatan ini adalah
suatu program untuk mengoptimalkan fungsi otak sebelah kanan seorang anak,
sehingga dapat menghitung cepat, tidak ragu-ragu dan juga menguatkan daya ingat
seorang anak.
Program tersebut, katanya, menggunakan alat bantu berupa sempoa, dimana pada
awalnya anak akan menggunakan alat ini sebagai bantuan, kemudian apabila anak
tersebut sudah mulai bisa menguasai akan menjadikan sempoa tadi hanya bayangan
dan mereka tidak menggunakannya lagi.
Dia mengatakan, metode ini cocok untuk anak berusia 4-12 tahun, karena pada usia
inilah pola dasar berpikir seorang anak terbentuk. "Sistem pelajaran ini tidak
membebani anak-anak karena pelajarannya dengan metode bermain," ujar Clara.
Diharapkan dengan metode ini, kemampuan anak-anak dalam berhitung akan kuat,
karena dengan demikian akan memacu daya ingat seorang anak.
Dalam lomba ini ditampilkan lomba cepat tepat.
Juara pertama tingkat I, Pritta
Indah (6) dengan 704 soal yang dinilai 728 rata-rata pengerjaan satu soal 9,8
detik dan waktu keseluruhan 35 Menit. Juara II Hairani (8) nilai 726 waktu 35
Menit, Sedang untuk golongan Dasar yang mampu mengikuti tingkat I, terpilih
Nanda Angelita (5) siswi Tk Rajawali. cf
Kembali
ke atas
Mendidik Anak
: Tak Cukup hanya Mengenal Angka ... .
MILENIUM baru telah tiba. Tantangan lebih berat memaksa semua orang untuk
mempersiapkan diri sedini mungkin, agar tidak tertinggal dalam persaingan yang
lebih ketat. Sebagai orang normal, tentu tidak ada keinginan untuk tertinggal
dengan orang lain. Untuk itulah segala cara dan upaya ditempuh untuk
mengantisispasi persaingan ini.
Tantangan akan lebih berat bagi mereka yang saat ini masih anak-anak. Di usia
dewasa, mereka harus berhadapan dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi serta persaingan amat berat. Selain dengan bangsa sendiri, mereka
juga harus bersaing dengan orang atau perusahaan luar negeri, yang pada 2003
akan keluar masuk secara bebas.
Persaingan ini tidak main-main. Jika tidak diantisipasi dengan cermat, semua
bisa sia-sia dan terlambat. Untuk itu diperlukan cara mengantisipasinya.
Antara lain dengan membangun kecerdasan anak.
Hanya anak yang cerdas, kreatif dan stabil yang bisa survive dalam kerasnya
persaingan ini. Pendidikan menjadi faktor terpenting dalam menciptakan
anak yang cerdas, kreatif dan stabil. Pendidikan di sini mencakup pendidikan
formal di sekolah maupun informal di rumah.
Namun seringkali, pendidikan - yang notabene cara membangun kecerdasan -
justru menjadi tidak efektif karena hanya mementingkan salah satu sisi.
Seperti mendidik anak secara kognitif saja. Sementara emosinya tidak pernah
disentuh. Ini menjadikan anak merasa tertekan dan tidak bahagia.
Psikolog anak, Dr Seto Mulyadi MPsi mengingatkan, anak tidak boleh hanya
dididik agar cerdas, tapi juga kreatif dan mempunyai emosi stabil.
"Yang menjadi orientasi pendidikan saat ini, baik di sekolah maupun di rumah,
adalah bagaimana menciptakan anak yang cerdas secara logika, matematika, dan
bahasa. Sementara kecerdasan lain seperti kecerdasan musikal, visual spasial,
kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan naturalis masih kurang mendapat
porsi yang tepat," kata psikolog yang akrab disapa dengan 'Kak Seto' itu.
Kembangkan Otak Kanan.
Penelitian yang dilakukan oleh David Goleman mengungkapkan, IQ bukan
segala-galanya. Dalam 50-100 tahun terakhir, orang yang sukses adalah orang
yang I-Qnya tidak begitu tinggi. Bahkan, banyak orang yang IQ-nya tinggi,
setelah dewasa bekerja pada orang yang IQ-nya biasa-biasa saja.
Mengapa? Sebab, IQ hanya sebagian kecil dari potensi manusia. Faktor lain
seperti kecerdasan emosi, kecerdasan moral, dan kecerdasan menghadapi
kenyataan, juga berpengaruh besar.
Yang tidak kalah berpengaruhnya adalah, kenyataan bahwa selama ini pemanfaatan
potensi otak hanya terfokus pada otak kiri. Otak kiri - yang memuat potensi
cerdas secara logika - lebih sering dikembangkan daripada otak kanan - yang
mempunyai kecenderungan untuk berpikir kreatif.
Kreativitas anak acapkali sulit berkembang, padahal kreativitas diperlukan
untuk menjawab tantangan di masa depan.
Budaya Indonesia dinilai sebagai salah
satu kendala tumbuhnya kreativitas anak.
Selama ini, anak dianggap baik dan pandai kalau penurut, patuh, manis, dan mau
berbuat sesuatu yang dikatakan oleh guru, orangtua atau siapapun yang lebih
tua. Anak akan dianggap perusak, kalau dia suka memberontak dan melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan orangtua. Citra semacam itulah yang
berkembang di Indonesia.
Hal ini yang menjadi alasan, kreativitas anak Indonesia kurang
bertumbuhkembang.
Kak Seto menjelaskan, pendidikan Indonesia hanya mengembangkan kecerdasan
intelektual. Itupun hanya memanfaatkan 1 persen bagian otak, sementara 99
persen lainnya belum termanfaatkan optimal. "Einstein memanfaatkan 20 persen
otaknya. Kalau kita memanfaatkan otak kita 20 persen saja, kita akan sehebat
Einstein."
Dijelaskan, proses pembentukan kecerdasan selanjutnya adalah ketika anak
berusia 4 tahun. Tapi, bukan berarti antara usia 18 bulan sampai 4 tahun anak
tidak perlu diajari. Hanya saja, ketika anak berusia 4 tahun, anak sudah bisa
memanfaatkan otaknya dengan baik.
Agar kedua belah otaknya berfungsi optimal,
pada usia ini perlu diberi latihan-latihan yang bisa merangsang fungsi otak.
Cegah Fobia Angka
Caranya bisa dengan memperkenalkan sempoa - sebuah alat bantu berupa
manik-manik yang digerakkan ke atas dan ke bawah. Sempoa berasal dari Taiwan.
Sempoa yang dipakai sekarang berbeda dengan sempoa klasik yang berwarna hitam
dan hanya berfungsi sebagai alat hitung. Sempoa yang dipakai saat ini berwarna
kuning dan tidak hanya berfungsi sebagai alat hitung, tapi juga media untuk
merangsang pengembangan potensi otak kanan.
Menurut Drs Andreas Chang MBA, pimpinan Abacus Mutated Mental Arithmetic
(AMMA) Indonesia, metode yang dipakai dengan alat bantu sempoa ini adalah
mental aritmatika. Yaitu metode berhitung di luar kepala yang dibantu dengan
sempoa.
Ada lima kelebihan metoda ini.
Pertama, melatih imajinasi, kreativitas,
konsentrasi, daya ingat dan daya analisa. Kedua, meningkatkan kecepatan,
ketepatan dan ketelitian dalam berpikir, menghitung dan bereaksi. Ketiga,
cepat menganalisa situasi dan mengambil keputusan. Keempat, meningkatkan rasa
percaya diri dan melatih kemandirian, kedisiplinan, dan ketekunan. Kelima,
meningkatkan kekuatan berpikir: objektif, kritis, positif, dan intuitif.
Selain itu, dengan belajar menggunakan sempoa, ketakutan (fobia) anak terhadap
angka (numerophobia) bisa dihindari. Sehingga anak mau belajar angka dengan
sukarela dan senang hati.
Fungsi angka dalam kehidupan besar sekali. Semua orang hidup dengan angka.
Jika anak takut pada angka, hidupnya akan mengalami kesulitan. Apalagi dalam
dunia modern seperti ini. (Adherina Nindyashari)
Kembali
ke atas