Mohon Maaf jika terdapat ketidak nyamanan (dalam perbaikan)

HITUNG CEPAT TEPAT

SEMPOA MANIA

Jl. Iskandar Ong No. 75 Telp/Fax (0732) 21664 Curup

Jl. Sukarno Hatta V No. 4 Anggut Atas Telp. (0736) 22866 Bengkulu
email : sempoa-mania@telkom.net

Home Sejarah Sempoa Artikel Galery Kursus Links BukuTamu
Tampilan terbaik menggunakan Internet Explorer 5 atau lebih dengan resolusi monitor 800 x 600 pixels

ARTIKEL

 

- Trend Mental Aritmatika

- Sempoa Picu Kemampuan Anak

- Lima Menit Menyelesaikan 80 Soal 

- Mendidik Anak : Tak Cukup hanya Mengenal Angka ... . 

 

Trend "Mental Aritmatika" 

 

Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum. Nama & E-mail (Penulis): Mahdi Bachtiar
Tanggal: 1 Juli 2002 Judul Artikel: Trend "Mental Aritmatika" 

 

Pembelajaran Mental Aritmatika di Indonesia sekarang telah menjadi sesuatu yang trendi. Orang tua merasa ketinggalan bila anaknya tidak ikut Mental Aritmatika. Di Bogor sendiri tempat-tempat untuk belajar Mental Aritmatika secara privat sangat banyak selang setahun ini, belum lagi yang langsung bekerja sama dengan sekolah-sekolah.

Mental Aritmatika selama ini sering diidentikkan dengan Sempoa, padahal sebenarnya sangat berbeda. Untuk itu saya ingin mencoba memaparkan apa itu Mental Aritmatika. 

 

Mental Aritmatika berasal dari kata Mental yang berarti pikiran dan Aritmatika yang berarti berhitung. Jadi secara harfiah Mental Aritmatika adalah Berhitung dengan menggunakan Pikiran/tanpa alat bantu. Adapun sempoa adalah alat bantu sementara, sehingga suatu saat sempoa itu tidak digunakan lagi. 


Ada setidaknya 5 hal penting yang akan didapat dari belajar Mental Aritmatika, yaitu: 

  1. Keseimbangan otak kiri dan otak kanan Selama ini, kita (dalam hal ini anak) dalam berhitung hanya  menggunakan otak kiri saja, dengan belajar mental aritmatika anak dirangsang untuk menggunakan otak kanan. kenapa? Karena menghitung dalam Mental Aritmatika, seorang anak membayangkan manik-manik berjalan. Dan otak kananlah yang berfungsi untuk menghayal/membayangkan. 

  2. Meningkatkan Kreativitas Anak Salah satu pemicu kreativitas anak adalah sering digunakannya otak kanan. Dalam menghitung menggunakan mental, seorang anak harus mampu membayangkan sempoa seperti bagaimana, terus harus mampu menggerakkan manik-manik dalam bayangannya, dan harus mampu membayangkan angka berapa yang muncul di akhir bayangannya. Sebuah cara yang menarik sekaligus menantang. Dengan sering berlatih mental, anak menjadi terbiasa menggunakan otak kanannya. Semakin terbiasa menggunakan daya khayalnya, kreativitas anak semakin berkembang. 

  3. Meningkatkan konsentrasi Belajar Mental Aritmatika sangat membutuhkan konsentrasi yang baik, karena tanpa konsentrasi yang baik tidak akan didapat hasil yang benar. Jadi, seorang anak akan selalu berkonsentrasi dan tidak ingin konsentarsinya buyar. Semakin sering digunakan, konsentrasi anak akan semakin meningkat. 

  4. Menambah Kepercayaan Diri Sangat jelas, seorang anak kecil seusia 8 tahun bisa menjumlah puluhan bahkan ratusan dengan cepat, sehingga kalau di beri soal oleh kita akan meminta lagi. Siapa takut.... mungkin katanya. 

  5. Mengembangkan diri Dalam jangka panjang, mental Aritmatika akan membentuk karakter manusia yang inovatif, suka tantangan, berkreasi, serta tidak mudah putus asa. 

Mungkin ini yang bisa saya sampaikan. Saran dan kritik sangat saya harapkan.

 

 Kembali ke atas

 

Lima Menit Menyelesaikan 80 Soal 

 

HARIAN UMUM SUARA MERDEKA Kamis, 28 Juni 2001 Semarang & Sekitarnya Dari Kompetisi Sempoa Lima Menit Menyelesaikan 80 Soal SEMARANG- 

 

Pelajaran matematika bagi sebagian pelajar dirasa sebagai momok. Namun dengan adanya Sistem Edukasi Mengoptimalkan Potensi Otak Anak (Sempoa) ternyata banyak anak usia TK dan SD yang mampu mengerjakan 80 soal dalam waktu lima menit. Hal ini membuktikan pelajaran matematika jika metodenya tepat akan menjadi pelajaran yang mengasyikkan dan bukan menjadi momok lagi. 

 

Kelvin, seorang penasihat teknis Sempoa dari Malaysia yang menyaksikan tes sempoa internasional tingkat Jateng yang diadakan Sempoa Indonesia Pratama (SIP), menyatakan kagum terhadap pelajar TK dan SD di Semarang yang kemampuannya dalam mengerjakan sempoa tidak kalah dari pelajar di luar negeri. 

 

Tak Kalah ''Hebat anak-anak Semarang, bahkan tak kalah dari pelajar di luar negeri. Saya banyak ke luar negeri, tapi saya kagum terhadap anak-anak di sini. Ternyata mereka lebih hebat,'' paparnya kepada Suara Merdeka usai menyaksikan International Grading Test (IGT) di Matahari Simpanglima, belum lama ini. (E1-45k)

 

 Kembali ke atas

 

 

Sempoa Picu Kemampuan Anak 

 

Kota2 Sempoa Picu Kemampuan Anak BANJARMASIN - 

 

Upaya memacu kemampuan anak dalam berhitung dan pelajaran lainnya, Universal Mental Aritmatika mengadakan demo dan sekaligus penyerahan piala kepada anak yang berhasil menjadi juara, di jalan Batu Benawa, Minggu (23/01), 

 

Pengajar Universal Mental Aritmatika Clara mengemukakan, kegiatan ini adalah suatu program untuk mengoptimalkan fungsi otak sebelah kanan seorang anak, sehingga dapat menghitung cepat, tidak ragu-ragu dan juga menguatkan daya ingat seorang anak. Program tersebut, katanya, menggunakan alat bantu berupa sempoa, dimana pada awalnya anak akan menggunakan alat ini sebagai bantuan, kemudian apabila anak tersebut sudah mulai bisa menguasai akan menjadikan sempoa tadi hanya bayangan dan mereka tidak menggunakannya lagi. 

 

Dia mengatakan, metode ini cocok untuk anak berusia 4-12 tahun, karena pada usia inilah pola dasar berpikir seorang anak terbentuk. "Sistem pelajaran ini tidak membebani anak-anak karena pelajarannya dengan metode bermain," ujar Clara. Diharapkan dengan metode ini, kemampuan anak-anak dalam berhitung akan kuat, karena dengan demikian akan memacu daya ingat seorang anak. Dalam lomba ini ditampilkan lomba cepat tepat. 

 

Juara pertama tingkat I, Pritta Indah (6) dengan 704 soal yang dinilai 728 rata-rata pengerjaan satu soal 9,8 detik dan waktu keseluruhan 35 Menit. Juara II Hairani (8) nilai 726 waktu 35 Menit, Sedang untuk golongan Dasar yang mampu mengikuti tingkat I, terpilih Nanda Angelita (5) siswi Tk Rajawali. cf

 

 Kembali ke atas

 

Mendidik Anak : Tak Cukup hanya Mengenal Angka ... . 

MILENIUM baru telah tiba. Tantangan lebih berat memaksa semua orang untuk mempersiapkan diri sedini mungkin, agar tidak tertinggal dalam persaingan yang lebih ketat. Sebagai orang normal, tentu tidak ada keinginan untuk tertinggal dengan orang lain. Untuk itulah segala cara dan upaya ditempuh untuk mengantisispasi persaingan ini. 

Tantangan akan lebih berat bagi mereka yang saat ini masih anak-anak. Di usia dewasa, mereka harus berhadapan dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta persaingan amat berat. Selain dengan bangsa sendiri, mereka juga harus bersaing dengan orang atau perusahaan luar negeri, yang pada 2003 akan keluar masuk secara bebas. Persaingan ini tidak main-main. Jika tidak diantisipasi dengan cermat, semua bisa sia-sia dan terlambat. Untuk itu diperlukan cara mengantisipasinya. Antara lain dengan membangun kecerdasan anak. Hanya anak yang cerdas, kreatif dan stabil yang bisa survive dalam kerasnya persaingan ini. Pendidikan menjadi faktor terpenting dalam menciptakan anak yang cerdas, kreatif dan stabil. Pendidikan di sini mencakup pendidikan formal di sekolah maupun informal di rumah. 

Namun seringkali, pendidikan - yang notabene cara membangun kecerdasan - justru menjadi tidak efektif karena hanya mementingkan salah satu sisi. Seperti mendidik anak secara kognitif saja. Sementara emosinya tidak pernah disentuh. Ini menjadikan anak merasa tertekan dan tidak bahagia. Psikolog anak, Dr Seto Mulyadi MPsi mengingatkan, anak tidak boleh hanya dididik agar cerdas, tapi juga kreatif dan mempunyai emosi stabil. "Yang menjadi orientasi pendidikan saat ini, baik di sekolah maupun di rumah, adalah bagaimana menciptakan anak yang cerdas secara logika, matematika, dan bahasa. Sementara kecerdasan lain seperti kecerdasan musikal, visual spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan naturalis masih kurang mendapat porsi yang tepat," kata psikolog yang akrab disapa dengan 'Kak Seto' itu. 

Kembangkan Otak Kanan. Penelitian yang dilakukan oleh David Goleman mengungkapkan, IQ bukan segala-galanya. Dalam 50-100 tahun terakhir, orang yang sukses adalah orang yang I-Qnya tidak begitu tinggi. Bahkan, banyak orang yang IQ-nya tinggi, setelah dewasa bekerja pada orang yang IQ-nya biasa-biasa saja. Mengapa? Sebab, IQ hanya sebagian kecil dari potensi manusia. Faktor lain seperti kecerdasan emosi, kecerdasan moral, dan kecerdasan menghadapi kenyataan, juga berpengaruh besar. 

Yang tidak kalah berpengaruhnya adalah, kenyataan bahwa selama ini pemanfaatan potensi otak hanya terfokus pada otak kiri. Otak kiri - yang memuat potensi cerdas secara logika - lebih sering dikembangkan daripada otak kanan - yang mempunyai kecenderungan untuk berpikir kreatif. Kreativitas anak acapkali sulit berkembang, padahal kreativitas diperlukan untuk menjawab tantangan di masa depan. 

Budaya Indonesia dinilai sebagai salah satu kendala tumbuhnya kreativitas anak. Selama ini, anak dianggap baik dan pandai kalau penurut, patuh, manis, dan mau berbuat sesuatu yang dikatakan oleh guru, orangtua atau siapapun yang lebih tua. Anak akan dianggap perusak, kalau dia suka memberontak dan melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan orangtua. Citra semacam itulah yang berkembang di Indonesia. Hal ini yang menjadi alasan, kreativitas anak Indonesia kurang bertumbuhkembang. 

Kak Seto menjelaskan, pendidikan Indonesia hanya mengembangkan kecerdasan intelektual. Itupun hanya memanfaatkan 1 persen bagian otak, sementara 99 persen lainnya belum termanfaatkan optimal. "Einstein memanfaatkan 20 persen otaknya. Kalau kita memanfaatkan otak kita 20 persen saja, kita akan sehebat Einstein." 

Dijelaskan, proses pembentukan kecerdasan selanjutnya adalah ketika anak berusia 4 tahun. Tapi, bukan berarti antara usia 18 bulan sampai 4 tahun anak tidak perlu diajari. Hanya saja, ketika anak berusia 4 tahun, anak sudah bisa memanfaatkan otaknya dengan baik. Agar kedua belah otaknya berfungsi optimal, pada usia ini perlu diberi latihan-latihan yang bisa merangsang fungsi otak. 

Cegah Fobia Angka Caranya bisa dengan memperkenalkan sempoa - sebuah alat bantu berupa manik-manik yang digerakkan ke atas dan ke bawah. Sempoa berasal dari Taiwan. Sempoa yang dipakai sekarang berbeda dengan sempoa klasik yang berwarna hitam dan hanya berfungsi sebagai alat hitung. Sempoa yang dipakai saat ini berwarna kuning dan tidak hanya berfungsi sebagai alat hitung, tapi juga media untuk merangsang pengembangan potensi otak kanan. 

Menurut Drs Andreas Chang MBA, pimpinan Abacus Mutated Mental Arithmetic (AMMA) Indonesia, metode yang dipakai dengan alat bantu sempoa ini adalah mental aritmatika. Yaitu metode berhitung di luar kepala yang dibantu dengan sempoa. 

Ada lima kelebihan metoda ini

Pertama, melatih imajinasi, kreativitas, konsentrasi, daya ingat dan daya analisa. Kedua, meningkatkan kecepatan, ketepatan dan ketelitian dalam berpikir, menghitung dan bereaksi. Ketiga, cepat menganalisa situasi dan mengambil keputusan. Keempat, meningkatkan rasa percaya diri dan melatih kemandirian, kedisiplinan, dan ketekunan. Kelima, meningkatkan kekuatan berpikir: objektif, kritis, positif, dan intuitif. 

Selain itu, dengan belajar menggunakan sempoa, ketakutan (fobia) anak terhadap angka (numerophobia) bisa dihindari. Sehingga anak mau belajar angka dengan sukarela dan senang hati. Fungsi angka dalam kehidupan besar sekali. Semua orang hidup dengan angka. Jika anak takut pada angka, hidupnya akan mengalami kesulitan. Apalagi dalam dunia modern seperti ini.  (Adherina Nindyashari)

 

 Kembali ke atas